Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ikan Nila Best, Harapan Baru, Jaminan Mutu

Perkembangan budidaya nila di Indonesia sebenarnya tergolong cukup pesat, dan awalnya dikonsentrasikan pada optimalisasi teknik dan budidaya serta penyediaan benih agar produksi semakin meningkat. Namun, pengembangan genetis komoditas masih tertinggal. Dalam upaya perbaikan mutu genetis, dilakukan dengan mendatangkan varietas unggul dari luar negeri.
Ikan nila diintroduksi dari Taiwan pada 1969 diikuti nila khusus berwarna hitam antara lain Chitralada dari Thailand (1989), GIFT dari Filipina (1994 dan 1997). Sedangkan NIFI, nila khusus berwarna merah, pertama kali didatangkan dari Thailand di 1989. Setelah generasi ke-6 ikan nila GIFT yang didatangkan dari Filipina (1997), telah mengalami penurunan kualitas genetis karena kurang tepatnya pengelolaan induk-induk yang dikembangbiakan sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Saat itu, ikan nila di Indonesia mengandalkan ikan jenis ini. Akibatnya, penurunan produksi, produktivitas serta pendapatan pembudidaya ikan nila tidak bisa dihindari.
Ini mendorong dibentuknya Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional (PPIINN) di Sukabumi. Dengan meng galang para ahli genetika ikan, PPIINN diharapkan dapat mengembangkan beberapa varietas unggul baru ikan nila dalam negeri yang berasal dari sumber daya genetik yang ada di Indonesia. Sudah banyak varietas unggulan yang dihasilkan, di antaranya Nirwana dari Wanayasa (Jawa Barat) tahun 2006, Gesit (Genetically Enhanced Supermale Indonesian Tilapia)dari Sukabumi tahun 2006, dan Umbulan asal Jawa Timur (2008). Teranyar, salah satu varietas baru yang akan dilepas adalah ikan nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia), asal Bogor tahun 2009.
VARIETAS UNGGUL BARU
Ikan Nila BEST dikembangkan dari generasi ke-6 nila GIFT hasil evaluasi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) dalam kurun waktu 2004-2008 dan dilakukan di instalasi penelitian Cijeruk, Bogor.
Pembentukan populasi ikan nila Best ini dikarakterisasi berdasarkan pada profil DNA yang dimiliki. Generasi pertama ikan ini diperoleh dari hasil pemilihan individu-individu terbaik dari famili-famili terbaik. Setelah itu, generasi ke dua yang didapat, diseleksi lagi untuk menghasilkan individu-individu yang terbaik dari masing-masing famili yang dibentuk. Akhirnya, di generasi ke tiga inilah diperoleh perbaikan respon seleksi sebesar 28,95% untuk individu jantan dan 10,20% untuk betina. Dari generasi pertama hingga ke tiga, dilakukan pengujian program seleksi melalui evaluasi keragaman terhadap pertumbuhan di lingkungan kolam dan danau.
Awalnya, hasil seleksi pengujian ini, menunjukkan bahwa ikan nila BEST lebih cocok di lingkungan kolam. Selain itu, pengujian varietas ikan nila ini juga dilakukan secara multilokasi dengan mengikutsertakan pembudidaya ikan secara langsung. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan berbagai tipe pemeliharaan dan skala usaha, ikan nila BEST tetap lebih unggul dan hasilnya lebih baik dibandingkan dengan ikan nila jenis lainnya yang ada di masyarakat.
Pengujian setiap generasi ini berfungsi untuk mendeteksi arah seleksi sehingga tidak menghasilkan “negative selection” dan tindakan pencegahan dapat segera dilakukan untuk generasi berikutnya. Selain itu, pengamatan terus dilakukan terhadap parameter pertumbuhan, respon seleksi dan keragaman genetis. Monitoring ini dilakukan agar parameter tersebut tidak mengalami penurunan berdasarkan sebaran populasi dan profil DNA hasil analisis molekuler. Data yang dikoleksi dari generasi pertama menunjukkan peningkatan yang positif hingga generasi ke tiga. Ini indikasi kestabilan yang diperoleh dari program seleksi yang dilakukan.
Selanjutnya, varietas ikan nila BEST ini perlu dijaga agar tidak mengalami penurunan kualitas. Caranya dengan melakukan pengelolaan indukan yang tepat dan mencukupi jumlahnya. Dalam perkawinan, juga harus dijaga agar tidak terjadi perkawinan dari keturunan sekerabat. Untuk itu, pembinaan kepada pembudidaya yang melakukan pembenihan perlu dilakukan secara ketat. Pengawalan dalam kualitas akan dilakukan terus dengan melakukan pengamatan terhadap laju pertumbuhan ikan, keragaman populasi dan genetis. Kelak material ikan nila BEST yang dimiliki ini dapat dijadikan sebagai bahan dasar bagi pengembangan populasi atau varietas baru untuk tujuan khusus, seperti lingkungan dan sistem budidaya tertentu.
KEUNGGULAN IKAN NILA BEST
Secara fisik, ikan nila Best masih serupa dengan ikan nila GIFT yang sudah lebih dahulu dikenal masyarakat karena perbaikan yang dilakukan lebih ke arah genetis yang mempengaruhi pertumbuhan. Nila BEST memiliki keunggulan dibandingkan ikan
nila pendahulunya yang sudah dikenal masyarakat, yaitu dari segi pertumbuhan dan daya tahan terhadap lingkungan buruk dan penyakit.
Varietas ikan nila ini diharapkan memiliki tingkat toleransi yang luas sehingga akan tetap lebih unggul dalam lingkungan dan budidaya yang berbeda, sehing ga dapat dibudidayakan dalam berbagai skala usaha dan perlakuan berbeda.
Lebih spesifik, nila BEST memiliki ketahanan 140% lebih tahan terhadap penyakit Streptococcus dibanding ikan nila non unggulan dan varietas yang sudah ada. Selain itu, ia juga memiliki daya toleransi geografis, maupun sistem budidayanya. Dalam produksi anakan, ikan nila BEST juga lebih unggul. Ikan ini bias memproduksi anakan 3-5 kali lebih banyak dibandingkan varietas lainnya. Ikan nila BEST memiliki nilai konversi pakan sebesar 1,1 yang artinya 1,5 – 2 kali lebih baik. Dalam tahap pendederan, ikan nila BEST memiliki ukuran telur dan larva lebih besar dari yang lain. Benih varietas ini dapat mencapai ukuran 2-3 cm hanya dalam kurun waktu 8-10 hari, sedangkan ikan lain lebih lama yaitu 14 hari. Demikian juga untuk mencapai ukuran 4-5 cm, diperlukan waktu 20-30 hari, berbeda dengan ikan lain membutuhkan 30 hari. Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm, diperlukan waktu 45 hari atau lebih cepat 15 hari disbanding ikan lain.
Di tahap pembesaran, pembudidaya yang menggunakan benih ukuran 10g di kolam, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan ikan dengan berat 300-500g, ini berarti produksinya 1,5 – 2 kali lebih besar dibanding dengan ikan non unggulan. Ikan nila BEST memberikan harapan yang cukup menjanjikan dalam meningkatkan produksi dan pendapatan, dan siap untuk dikembangkan secara komersial dengan cara bermitra dengan pembudidaya sehing g a prog ram pengembangan kawasan budidaya dan revitalisasi perikanan dapat terealisasi.
PELUANG PASAR BESAR
Di pasar Internasional, konsumsi ikan nila dari tahun ke tahun, baik Amerika Utara dan Eropa semakin meningkat. Amerika Utara mengimpor nila sebesar 112.945 ton pada 2004, meningkat 25% dibandingkan 2003. Dibandingkan 2002, angka tersebut lebih tinggi sebesar 68%. Setengah dari impor Amerika Utara, dipasok oleh China, sedangkan sisanya oleh Taiwan, Thailand dan Indonesia.
Adanya dukungan dari USDA (US Department of Agriculture), agar ketiga Negara pengimpor utama dapat mengambil alih porsi impor China, menjadi peluang positif yang diperhitungkan. Namun, perlu diupayakan budidaya yang efisien agar bias menghadapi pesaing handal, terutama dari Amerika Selatan karena transportasi yang lebih murah.
Di 2004, produksi nila nasional sebesar 97.116 ton, meningkat 237% dalam kurun waktu 4 tahun. Dengan adanya kasus KHV (Koi Herpes Virus) pada ikan mas, nila menjadi alternatif ikan air tawar yang dibudidayakan masyarakat dan salah satu andalan dalam program revitalisasi perikanan. Dengan varietas baru unggulan, ikan nila BEST, peningkatan produksi dan pendapatan pembudidaya diharapkan terjadi.
Sumber : Rudhy Gustiano, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT), Bogor

Posting Komentar untuk "Ikan Nila Best, Harapan Baru, Jaminan Mutu"